Salah satu ciri wanita muslimah adalah orang yang berpuasa pada bulan Ramadhan dan jiwanya ditaburi iman. Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam bersabda,
Salah satu ciri wanita muslimah adalah orang yang berpuasa pada bulan Ramadhan dan jiwanya ditaburi iman. Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam bersabda,
�Barangsiapa berpuasa bulan Ramadhan karena iman dan mengharap ridha Allah, maka dosa-dosanya yang telah lampau diampuni�(Muttafaq Alaihi)
Wanita Muslimah juga memperhatikan akhlak-akhlaq orang yang sedang berpuasa, menjaga lidah, pandangan mata dan anggota abdannya dari hal-hal yang dapat mengotori puasanya atau mengurangi pahalanya. Jika menghadapi perselisihan, percekcokan atau hiruk-pikuk, maka dia langsung bertindak menurut petunjuk Nabi Shallallahu Alaihi wa Sallam, apa yang harus dilakukan orang yang sedang berpuasa. Sabda Beliau,
�Pada hari saat salah seorang di antara kalian berpuasa, maka janganlah dia berkata kotor atau berteriak-teriak. Jika dia dicaci atau diajak bertengkar seseorang, maka hendaklah dia berkata, �Aku sedang berpuasa�.�(Muttafaq Alaihi).
Pada Bulan Ramadhan, wanita Muslimah yang brtaqwa merasa bahwa dia sedang berteduh pada bulan yang lain, karena pada saat itu pahala amal-amal shalih dilipatgandakan, pintu-pintu kebaikan dibuka lebar-lebar, puasa pada bulan ini kepunyaan Allah, padahal Dia-lah yang memberinya pahala. Sementara pahala Allah Yang Maha Kaya dan Maha Pemberi Nikmat serta karunia amat besar, menyeluruh dan melimpah ruah, tak mungkin dibayangkan manusia.
�Setiap amal Bani Adam dilipatgandakan. Satu kebaikan berlipat menjadi sepuluh hingga tujuh ratus kebaikan yang serupa. Allah berfirman, �Kecuali puasa. Puasa itu bagi-Ku dan Aku mengganjarnya, karena dia meninggalkan syahwatnya dan makanannya karena Aku�. Orang yang sedang berpuasa itu mempunyai dua macam kegembiraan. Satu kegembiraan saat berbuka dan satu kegembiraan lagi saat bersua Rabbnya. Bau mulutnya yang tidak sedap lebih harum di sisi Allah daripada bau minyak kesturi.� (Diriwayatkan Muslim).
Karena itu wanita Muslimah yang sadar harus bisa menyelaraskan antara pekerjaan rumah tangganya pada bulan Ramadhan dan antara bagaimana dia pandai-pandai mengisi waktunya dengan ibadah dan taqarrub kepada Allah, dengan mengerjakan amal-amal shalih. Kesibukan rumah tangganya jangan sampai membuatnya lalai mengerjakan shalat fardhu tepat waktunya, shalat-shalat Nawafil dan membaca Al-Qur�an. Beban-beban keluarga jangan sampai membuatnya lalai mendirikan shalat tahajjud dan berdoa, sementara dia juga mengetahui apa yang telah dipersiapkan Allah bagi orang-orang aktif yang mendirikan shalat malam paa bulan Ramadhan, kaum laki-laki maupun wanita, berupa pahala yang besar dan ampunan yang luas.
Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam sendiri selalu berusaha memperbanyak amal-amal shalih pada bulan Ramadhan, yang tidak beliau lakukan di bulan-bulan yang lain, terutama pada sepuluh hari yang terakhir.
Dari Aisyah Radhiallahu Anha, dia berkata, �Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam meningkatkan ibadahnya pada bulan Ramadhan yang tidak beliau lakukan pada bulan-bulan yang lain, dan pada sepuluh hari terakhir, yang tidak beliau lakukan pada hari-hari yang lain.� (Diriwayatkan Muslim)
Juga dari Aisyah, dia berkata, �Jika memasuki sepuluh hari yang terakhir dari bulan Ramadhan, maka Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam menghidupkan seluruh waktu malamnya, membangunkan keluarganya, bersungguh-sungguh dan mengencangkan kain penutup badan.� (Muttafaq Alaihi)
Beliau menyuruh mencari Lailatul-Qadar dan menganjurkannya dengan bersabda,
�Barangsiapa bangun (mendirikan shalat) pada Lailatul-Qadar karena iman dan mencari ridha Allah, maka dosa-dosanya yang telah lampau diampuni.�(Muttafq Alaihi)
Bulan yang mulia ini adalah bulan untuk melakukan ibadah secara tulus. Tidak seharusnya bagi wanita Muslimah yang rajin dan sungguh-sungguh menghabiskan waktu malamnya untuk bercanda dan melakukan hal-hal yang tidak berguna. Sehingga setelah dekat waktu shubuh, dia pun mengantuk lalu tertidur dan tidak sempat membangunkan anggota keluarganya, sehingga semua tertidur dan tidak sempat mengerjakan shalat shubuh.
Wanita Muslimah yang sadar dan ingin hidupnya bersama anggota keluarganya dengan pula kehidupan yang islamy pada bulan Ramadhan, harus pandai-pandai mengatur jawal pada malam-malam bulan Ramadhan. Sehabis melaksanakan shalat Isya�, anggota keluarganya tidak boleh berjaga terlalu lama, karena tak seberapa lama kemudian mereka harus bangun untuk mendirikan shalat malam atau Tarawih, lalu disusul makan sahur. Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam memerintahkan untuk makan sahur, karena di dalamnya terkandung berkah. Beliau bersabda,
�Sahurlah kalian, karena di dalam sahur itu ada barakah� (Muttafaq Alaihi)
Wanita Muslimah yang lurus membantu semua anggota keluarganya bangun makan sahur, karena mengikuti perintah Rasululllah Shallallahu Alaihi wa Sallam, apalagi di dalam sahur itu terdapat barakahnya, di antaranya mengingatkan untuk mendirikan shalat malam, menyuntikkan sugesti di dalam jiwa untuk pergi mesjid mendirikan shalat shubuh secara berjama�ah. Yang pasti, makan sahur menguatkan badan, dan begitulah yang selalu dilakukan Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam dan yang dianjurkannya.
Dari Zaid bin Tsabit Radhiallahu Anhu, dia berkata, �Kami pernah makan sahur bersama-sama Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam, kemudian kami bangkit untuk mendirikan shalat.
Tidak dapat diragukan , wanita Muslimah yang menjadi sumber kebaikan bagi seluruh anggota keluarganya pada bulan Ramadha, akan mendapat limpahan pahala dari Alah dan pahalanya itu akan dilipatgandakan. Firman-Nya,
�Sesungguhnya mereka yang beriman dan beramal shalih, tentulah Kami tidak akan menyia-nyiakan pahala orang-orang yang mengerjakan amalan (nya) dengan baik.� (QS. Al-Kahfi: 30)
Ukhti Al Muslimah�bergegaslah untuk menggapai kebaikan dan berpegang teguhlah pada pemahaman yang telah dikaruniakan Allah kepadamu.
Maraji� : Jati Diri Wanita Muslimah oleh : Dr. Muhammad Ali Al-Hasyimi (Pustaka Al Kautsar, 1997) dengan Judul Asli : Syakhshiyyatul-Mar�ah Al-Muslimah Kama Yashughuhal-Islam Fil Kitab Was-Sunnah (Darul-Basya�ir Aslamiyyahm Beirut 1996)
2 ulasan:
kalau diijinkan, saya hendak bertanya tentang lailatul qadar...
1. apakah semua orang yang sedang beribadah ketika para Malaikat turun, PASTI MENDAPAT LAILATUL QADAR...?
Ataukah Lailatul Qadar berkunjung seperti tamu, jadi tidak semuanya dapat walaupun sdg beribadah...?
2. Malaikat turun di negara mana...? Misal di Indonesia malam hari & ternyata terjadi lailatul qadar, apakah umat Islam di belahan bumi lain misalnya di Eropa yang sedang ibadah puasa (karena siang hari) PASTI MENDAPAT KEUTAMAAN LAILATUL QADAR, karena sedang beribadah ketika malaikat turun...?
3. Bagaimana kalau para ulama sedunia membuat catatan kapan lailatul qadar terjadi di tahun-tahun sebelumnya... Misal pada tahun 1428H lailatul qadar terjadi pada malam 27, tahun 1427H pada malam 23 dan seterusnya...
terima kasih saya haturkan...
semoga Allah menyatukan & melembutkan hati semua umat Islam, amin...
salam,
achmad faisol
http://achmadfaisol.blogspot.com
Firman Allah swt :
1. Sesungguhnya Kami telah menurunkan (Al-Quran) ini pada malam Lailatul-Qadar,
2. Dan apa jalannya Engkau dapat mengetahui apa Dia kebesaran malam Lailatul-Qadar itu?
3. Malam Lailatul-Qadar lebih baik daripada seribu bulan.
4. Pada malam itu, turun malaikat dan Jibril Dengan izin Tuhan mereka, kerana membawa Segala perkara (yang ditakdirkan berlakunya pada tahun Yang berikut);
5. Sejahteralah malam (yang berkat) itu hingga terbit fajar!
( Surah al Qadar . Ayat : 1 – 5 )
Catat Ulasan