Isnin, September 15

kalam ulamak..tentang perihal wanita

nasihat salah seorang Ulama yang bernama Dr. Muhammad Ali Al-Hasyimi mengenai berpuasa di Bulan Ramadhan ini.


Salah satu ciri wanita muslimah adalah orang yang berpuasa pada bulan Ramadhan dan jiwanya ditaburi iman. Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam bersabda,




Salah satu ciri wanita muslimah adalah orang yang berpuasa pada bulan Ramadhan dan jiwanya ditaburi iman. Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam bersabda,



Barangsiapa berpuasa bulan Ramadhan karena iman dan mengharap ridha Allah, maka dosa-dosanya yang telah lampau diampuni�(Muttafaq Alaihi)



Wanita Muslimah juga memperhatikan akhlak-akhlaq orang yang sedang berpuasa, menjaga lidah, pandangan mata dan anggota abdannya dari hal-hal yang dapat mengotori puasanya atau mengurangi pahalanya. Jika menghadapi perselisihan, percekcokan atau hiruk-pikuk, maka dia langsung bertindak menurut petunjuk Nabi Shallallahu Alaihi wa Sallam, apa yang harus dilakukan orang yang sedang berpuasa. Sabda Beliau,



Pada hari saat salah seorang di antara kalian berpuasa, maka janganlah dia berkata kotor atau berteriak-teriak. Jika dia dicaci atau diajak bertengkar seseorang, maka hendaklah dia berkata, �Aku sedang berpuasa�.�(Muttafaq Alaihi).



Pada Bulan Ramadhan, wanita Muslimah yang brtaqwa merasa bahwa dia sedang berteduh pada bulan yang lain, karena pada saat itu pahala amal-amal shalih dilipatgandakan, pintu-pintu kebaikan dibuka lebar-lebar, puasa pada bulan ini kepunyaan Allah, padahal Dia-lah yang memberinya pahala. Sementara pahala Allah Yang Maha Kaya dan Maha Pemberi Nikmat serta karunia amat besar, menyeluruh dan melimpah ruah, tak mungkin dibayangkan manusia.



�Setiap amal Bani Adam dilipatgandakan. Satu kebaikan berlipat menjadi sepuluh hingga tujuh ratus kebaikan yang serupa. Allah berfirman, �Kecuali puasa. Puasa itu bagi-Ku dan Aku mengganjarnya, karena dia meninggalkan syahwatnya dan makanannya karena Aku�. Orang yang sedang berpuasa itu mempunyai dua macam kegembiraan. Satu kegembiraan saat berbuka dan satu kegembiraan lagi saat bersua Rabbnya. Bau mulutnya yang tidak sedap lebih harum di sisi Allah daripada bau minyak kesturi.� (Diriwayatkan Muslim).



Karena itu wanita Muslimah yang sadar harus bisa menyelaraskan antara pekerjaan rumah tangganya pada bulan Ramadhan dan antara bagaimana dia pandai-pandai mengisi waktunya dengan ibadah dan taqarrub kepada Allah, dengan mengerjakan amal-amal shalih. Kesibukan rumah tangganya jangan sampai membuatnya lalai mengerjakan shalat fardhu tepat waktunya, shalat-shalat Nawafil dan membaca Al-Qur�an. Beban-beban keluarga jangan sampai membuatnya lalai mendirikan shalat tahajjud dan berdoa, sementara dia juga mengetahui apa yang telah dipersiapkan Allah bagi orang-orang aktif yang mendirikan shalat malam paa bulan Ramadhan, kaum laki-laki maupun wanita, berupa pahala yang besar dan ampunan yang luas.



Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam sendiri selalu berusaha memperbanyak amal-amal shalih pada bulan Ramadhan, yang tidak beliau lakukan di bulan-bulan yang lain, terutama pada sepuluh hari yang terakhir.



Dari Aisyah Radhiallahu Anha, dia berkata, �Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam meningkatkan ibadahnya pada bulan Ramadhan yang tidak beliau lakukan pada bulan-bulan yang lain, dan pada sepuluh hari terakhir, yang tidak beliau lakukan pada hari-hari yang lain.� (Diriwayatkan Muslim)



Juga dari Aisyah, dia berkata, �Jika memasuki sepuluh hari yang terakhir dari bulan Ramadhan, maka Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam menghidupkan seluruh waktu malamnya, membangunkan keluarganya, bersungguh-sungguh dan mengencangkan kain penutup badan.� (Muttafaq Alaihi)



Beliau menyuruh mencari Lailatul-Qadar dan menganjurkannya dengan bersabda,



�Barangsiapa bangun (mendirikan shalat) pada Lailatul-Qadar karena iman dan mencari ridha Allah, maka dosa-dosanya yang telah lampau diampuni.�(Muttafq Alaihi)



Bulan yang mulia ini adalah bulan untuk melakukan ibadah secara tulus. Tidak seharusnya bagi wanita Muslimah yang rajin dan sungguh-sungguh menghabiskan waktu malamnya untuk bercanda dan melakukan hal-hal yang tidak berguna. Sehingga setelah dekat waktu shubuh, dia pun mengantuk lalu tertidur dan tidak sempat membangunkan anggota keluarganya, sehingga semua tertidur dan tidak sempat mengerjakan shalat shubuh.



Wanita Muslimah yang sadar dan ingin hidupnya bersama anggota keluarganya dengan pula kehidupan yang islamy pada bulan Ramadhan, harus pandai-pandai mengatur jawal pada malam-malam bulan Ramadhan. Sehabis melaksanakan shalat Isya�, anggota keluarganya tidak boleh berjaga terlalu lama, karena tak seberapa lama kemudian mereka harus bangun untuk mendirikan shalat malam atau Tarawih, lalu disusul makan sahur. Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam memerintahkan untuk makan sahur, karena di dalamnya terkandung berkah. Beliau bersabda,



�Sahurlah kalian, karena di dalam sahur itu ada barakah� (Muttafaq Alaihi)



Wanita Muslimah yang lurus membantu semua anggota keluarganya bangun makan sahur, karena mengikuti perintah Rasululllah Shallallahu Alaihi wa Sallam, apalagi di dalam sahur itu terdapat barakahnya, di antaranya mengingatkan untuk mendirikan shalat malam, menyuntikkan sugesti di dalam jiwa untuk pergi mesjid mendirikan shalat shubuh secara berjama�ah. Yang pasti, makan sahur menguatkan badan, dan begitulah yang selalu dilakukan Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam dan yang dianjurkannya.



Dari Zaid bin Tsabit Radhiallahu Anhu, dia berkata, �Kami pernah makan sahur bersama-sama Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam, kemudian kami bangkit untuk mendirikan shalat. Ada yang bertanya, �Berapa lamakah jarak antara sahur dan shalat itu?� Beliau menjawab, �(Selama membaca) lima puluh ayat).� (Muttafaq Alaihi).



Tidak dapat diragukan , wanita Muslimah yang menjadi sumber kebaikan bagi seluruh anggota keluarganya pada bulan Ramadha, akan mendapat limpahan pahala dari Alah dan pahalanya itu akan dilipatgandakan. Firman-Nya,



Sesungguhnya mereka yang beriman dan beramal shalih, tentulah Kami tidak akan menyia-nyiakan pahala orang-orang yang mengerjakan amalan (nya) dengan baik.� (QS. Al-Kahfi: 30)



Ukhti Al Muslimah�bergegaslah untuk menggapai kebaikan dan berpegang teguhlah pada pemahaman yang telah dikaruniakan Allah kepadamu.



Maraji� : Jati Diri Wanita Muslimah oleh : Dr. Muhammad Ali Al-Hasyimi (Pustaka Al Kautsar, 1997) dengan Judul Asli : Syakhshiyyatul-Mar�ah Al-Muslimah Kama Yashughuhal-Islam Fil Kitab Was-Sunnah (Darul-Basya�ir Aslamiyyahm Beirut 1996)

KETABAHAN SEORANG WANITA

HADIS NABI S.A.W:'SEBAIK-BAIK HIASAN DUNIA ADALAH WANITA SOLEHAH'

GADIS BERHIAS SAMBUT RAMADHAN

Bidadari Berhias Sambut Ramadan

DARIPADA Anas, katanya, Nabi Muhammad saw bersabda bermaksud: “Tiada daripada seorang hamba apabila melihat sehari Ramadan, lantas dia memuji Allah (kerana kedatangan bulan rahmat dengan kelebihan dan keistimewaannya). Kemudian dibacanya al-Fatihah tujuh kali, melainkan di'afiatkan Allah daripada sakit matanya pada bulan itu.”

Berkata pula Saidina Ali bahawa Rasulullah bersabda: ”Apabila engkau melihat sehari Ramadan, maka bacalah olehmu ’Allahu Akbar’ tiga kali kemudian bacalah: “Segala kepujian bagi Allah yang menjadikan aku dan engkau dan menentukan bagi engkau pangkat (darjat) dan menjadikan engkau tanda (kekuasaan-Nya) bagi sekalian alam” atau bacakan: “Ya Allah! zahirlah Ramadan atas kami dengan keamanan dan keimanan dan dengan keselamatan dan keIslaman, Tuhanku dan Tuhan engkau, Allah"

Bersabda Nabi bahawa: “Bahawa syurga berlenggang-lenggang dan berhias dari setahun ke setahun kerana masuknya Ramadan.

“Pada awal malam Ramadan bertiup angin di bawah Arasy dan bergerak daun kayu dengan lemah longlainya ke dalam syurga, terdengar desiran daun kayu, hembusan sang bayu syurga yang amat indah, seni rentak lagunya menawan seluruh perasaan nurani, maka berhias bidadari sekaliannya hingga berdiri di atas puncak mercu syurga itu.

“Lantas bersuaralah bidadari: “Adakah orang yang hendak meminang kami kepada Allah.” Kata bidadari lagi: “Apakah malam ini namanya?” Jawab Malik Ridwan: “Hai bidadari yang cantik manis, inilah malam awal Ramadan.” Lalu Allah berfirman: “Hai Ridwan, bukalah pintu syurga Babuljannah untuk orang yang berpuasa daripada umat Muhammad.

“Hai Malik Zabaniah, tutuplah pintu neraka Al-Jahim daripada umat Muhammad. Hai Jibril belenggukan syaitan, lontarkannya ke dalam lautan supaya tidak membinasakan umat Muhammad akan puasanya. Maka, berfirman Allah pada tiap-tiap malam Ramadan tiga kali: “Adakah orang yang meminta ampun? Akan Aku ampunkannya.”

KEGHAIRAHAN BERAMAL DALAM BULAN RAMADHAN

5 rahsia nikmati ibadat puasa


DR Yusuf Qardhawi dalam kitabnya ‘al-Ibadah Fil Islam’ mengungkapkan ada lima rahsia utama puasa yang membolehkan kita merasakan kenikmatan dalam ibadat ini.
DR Yusuf Qardhawi dalam kitabnya ‘al-Ibadah Fil Islam’ mengungkapkan ada lima rahsia utama puasa yang membolehkan kita merasakan kenikmatan dalam ibadat ini.


Menguatkan jiwa.

Dalam hidup, kita mendapati ada manusia yang dikuasai hawa nafsu.

Manusia seperti ini, menuruti apa yang menjadi keinginannya, meskipun ia sesuatu yang batil serta mengganggu dan merugikan orang lain.

Oleh itu, dalam Islam ada perintah untuk memerangi hawa nafsu dengan maksud berusaha untuk menguasainya. Bukan membunuh nafsu yang membuat kita tidak mempunyai keinginan terhadap sesuatu bersifat duniawi.

Sekiranya dalam peperangan ini (hawa nafsu) manusia mengalami kekalahan, malapetaka besar akan berlaku. Perkara ini kerana manusia yang kalah itu akan mengalihkan pengabadiannya daripada Allah kepada hawa nafsu yang cenderung mengarahkan manusia kepada kesesatan.

Allah memerintahkan kita memerhatikan masalah ini dalam firman-Nya bermaksud: “Maka pernahkah kamu melihat orang yang menjadikan hawa nafsunya sebagai Tuhannya dan Allah membiarkannya sesat berdasarkan ilmu-Nya.” (Surah al-Jaathiyah, ayat 23)

Dengan puasa, manusia akan berjaya menguasai nafsunya yang membuat jiwanya menjadi kuat. Dengannya manusia memperoleh darjat tinggi serta menjadikannya mampu mengetuk dan membuka pintu langit hingga segala doanya dimakbulkan Allah.

Rasulullah bersabda, ertinya : “Ada tiga golongan yang tidak ditolak doa mereka: Orang yang berpuasa hingga berbuka, pemimpin yang adil, dan doa orang yang dizalimi.” (Hadis riwayat at-Tirmizi)


Mendidik keinginan ke arah kebaikan.

Puasa mendidik seseorang untuk memiliki keinginan kepada kebaikan, meskipun menghadapi pelbagai rintangan. Puasa yang dikerjakan secara terbaik akan membuatkan seseorang itu terus mempertahankan keinginannya yang baik.

Rasulullah menyatakan bahawa puasa itu setengah daripada kesabaran.

Rasulullah bersabda, maksudnya: “Puasa itu sebagai benteng” (daripada serangan keburukan).

Dalam kaitan ini, puasa akan menjadikan rohani seorang Muslim semakin ampuh. Kekuatan rohani unggul ini akan membuatkan seseorang itu tidak akan lupa diri, meskipun sudah mencapai kejayaan atau kenikmatan duniawi.

Kekuatan rohani juga akan membuat seorang Muslim tidak akan berputus asa meskipun penderitaan yang dialami sangat sulit.


Menyihatkan badan.

Di samping kesihatan dan kekuatan rohani, puasa memberikan pengaruh positif berupa kesihatan jasmani (tubuh dan anggota badan). Hal ini tidak hanya dinyatakan oleh Rasulullah, malah dibuktikan oleh doktor atau ahli perubatan.


Mengenal nilai kenikmatan dan bersyukur.

Dalam hidup ini, sebenarnya terlalu banyak kenikmatan diberikan oleh Allah kepada manusia, tetapi ramai yang tidak mensyukurinya. Dapat satu tidak terasa nikmat kerana menginginkan dua. Dapat dua tidak terasa nikmat kerana menginginkan tiga dan begitulah seterusnya.

Maka, dengan puasa manusia bukan hanya disuruh memperhatikan dan merenungi kenikmatan yang diperoleh, malah diminta merenung nikmat Allah kepada kita.

Di sini, pentingnya puasa bagi mendidik untuk menyedari betapa tingginya nilai kenikmatan yang Allah berikan supaya kita menjadi orang yang pandai bersyukur dan tidak mengecilkan erti kenikmatan daripada Allah. Rasa syukur memang akan membuat nikmat itu bertambah banyak, baik dari segi jumlah atau paling tidak dari segi rasanya.

Allah berfirman bermaksud: “Sesungguhnya jika kamu bersyukur, pasti Kami akan menambah (nikmat) kepadamu, dan jika kamu mengingkari (nikmat-Ku), maka sesungguhnya azab-Ku sangat pedih.” (Surah Ibrahim, ayat 7).


Mengingati dan merasakan penderitaan orang lain.

Berlapar dan dahaga memberikan pengalaman bagaimana beratnya penderitaan yang dirasakan orang lain. Pengalaman berlapar dan haus itu akan segera berakhir hanya dengan beberapa jam (lebih kurang 12 atau 13 jam), sementara penderitaan orang lain entah bila berakhir.

Dari sini puasa akan melahir dan memantapkan rasa simpati kita kepada kaum Muslimin lainnya yang hidup dalam kemiskinan dan menderita.

Oleh itu, sebagai simbol daripada rasa simpati itu, sebelum Ramadan berakhir, kita diwajibkan untuk menunaikan zakat (fitrah). Hal ini supaya dengan itu setahap demi setahap kita mampu mengatasi persoalan umat yang menderita. Bahkan, zakat tidak hanya bagi kepentingan orang miskin dan menderita, malah menghilangkan kekotoran jiwa berkaitan harta seperti gila harta dan kikir.

Allah berfirman bermaksud: “Ambillah zakat daripada sebahagian harta mereka, dengan zakat itu kamu membersih dan menyucikan mereka dan berdoalah untuk mereka. Sesungguhnya doa kamu itu (menjadi) ketenteraman jiwa bagi mereka. Dan Allah Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui.” (Surah at Taubah, ayat 103).